Love

Friday, October 26, 2007

Satu Tahun Usiamu, Sayaang..

Tak terasa waktu tlah bergulir begitu cepat, ternyata pada tanggal 21 October 2007 genaplah satu tahun usia Saffa. Aku sengaja tidak merayakan pesta pada ulang tahun Saffa yang pertama ini, karena Saffa belum begitu mengerti istilah ulang tahun, ulang bulan atau apapun namanya itu.
Kami hanya mengadakan acara keluarga kecil-kecilan, dengan membuat nasi kuning plus lauk-pauknya dan beli black forest cake.
Kami tidak sempat membuat cake sendiri, karena rencana untuk acara ultahnya masih simpang siur. Tadinya kami berencana untuk makan diluar saja karena lebih praktis, disamping juga masih banyak saudara yang menginap karena masih libur lebaran. Tapi ternyata sebelum hari H yang jatuh pada hari Ahad. Tante-tanteku berencana untuk pulang pada hari Sabtu paginya dan ada yang pulang pada Sabtu sorenya. Jadilah kami tinggal sekeluarga saja dan rencana awal menjadi berubah. Lebih baik bikin acara dirumah saja, sekalian kirim-kirim nasi kuning dan kuenya.
Tapi tetap tidak mengurangi kebahagiaan Saffa pada hari ultahnya ini.


Selamat Ulang Tahun yang pertama ya, Sayang..
Semoga menjadi anak yang Solehah, selalu sehat jasmani dan rohani, cerdas, bertakwa, murah rezeki dan berbakti pada orangtuamu. Amiin..

Peluk Cium untuk Saffa dari Mama, Papa, Eyang, Bunda, Om Seno, Kak Pandu, Kak Shela, Ma’ Neng, dan Pak Podo.

Semoga perjalanan hidupmu selalu bermakna
Penuh kebahagiaan dan keceriaan
Selalu lah menjadi permata hati Mama dan Papa
Yang kan slalu bersinar laksana bintang



Ely K.
21 Oktober 2007

Thursday, October 11, 2007

Maafkan Mama ya, Pa..

Sudah satu tahun lebih sembilan bulan kami berumah tangga, tapi sungguh tidak pernah ada hal yang membuat kami bersitegang ataupun emosi karena perbedaan pendapat atau selisih paham. Paling hanya kesal sebentar dan pada akhirnya kembali baik-baik saja.
Dan semalam pun terulang kejadian yang sama! Tapi kali ini aku sadar, perselisihan kecil yang seharusnya tidak perlu terjadi jangan sampai berulang kembali.
Memang sulit untuk menyatukan dua pikiran dari masing-masing individu yang berbeda. Tapi lain halnya jika dilandasi atas dasar saling menghormati dan saling kompromi dalam hal apapun. Ini yang sedang kami jalani dan perbaiki.

Maka catatan penting ini harus aku ingat, jika terjadi lagi dikemudian hari.
# Jika satu pihak sedang kesal, maka pihak yang lain harus lebih sabar untuk diam sesaat dan mendengarkan.
# Jika merasa salah, cobalah ambil inisiatif untuk meminta maaf duluan.
# Coba ber-empati terhadap pasangan bila kita sendiri berada di posisinya.
# Jangan biarkan marah atau emosi berlarut-larut bahkan berkepanjangan.
# Jangan mengalihkan persoalan! Jika memang ada masalah maka fokuskan pada masalah tersebut.
# Coba bicarakan baik-baik jika ada hal yang mengganjal dihati, kemukakan masalah kita secara terbuka dan terus terang.
# Jangan menganggap remeh setiap masalah yang terjadi, apalagi jika akibat dari perbuatan kita sendiri.
# Bersikap tenang dan jernihkan pikiran bila emosi mulai timbul.

Ya.. memang ini sekilas merupakan teori untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga, namun ini adalah proses perenungan yang aku jalani setiap kali ada perselisihan. Ini pun kulakukan untuk lebih memahami karakter pribadi masing-masing dalam bersikap dan Insya Allah berjalan lancar.

Masih banyak pelajaran dalam kehidupan yang harus aku maknai lebih dalam lagi, Ya Allah…
Pun masih banyak kekurangan diri yang harus diperbaiki lagi.
Sungguh… aku ingin menjadi istri yang solehah dihadapan suamiku.
Dan menjadi ibu yang diteladani anak-anakku kelak.

Terimakasih cinta, telah mengajariku begitu banyak makna dalam hidup.
Dengan kesabaranmu, dengan penuh kelembutan dan dengan kebijaksanaanmu dalam bersikap.

Maafkan Mama ya, Pa…
Apabila masih sering membuatmu kecewa.
Sungguh… tidak ada yang dapat membuat kita bersatu selain rasa cinta, sayang dan hormat.

Maafkan Mama ya, Pa…
Masih sering diri ini khilaf dan Insya Allah kita akan selalu belajar karenanya.
Masih panjang perjalanan kita menuju cinta-Nya.
Masih banyak yang harus kita lakukan bersama tuk meraih Ridho-Nya.

Sekali lagi, maafkan Mama ya, Pa…

Ely
10 Oct ‘07

Bahasa Saffa

Saat ini sedikit demi sedikit Saffa sudah mulai belajar bicara, sudah bisa diajak ngobrol.. pokoknya Saffa sedang masa-masa keemasannya deh. Hal kecil saja sekarang sudah bisa diikuti Saffa. Jadi saatnya hati-hati dalam berbicara didekat Saffa, karena saat itu juga Saffa akan meniru apa yang orang rumah bicarakan.
Seperti waktu bunda (panggilan untuk nenek) dan eyang (panggilan untuk kakek) bicara:
“Bapak bangun… udah jam setengah empat, mau sahur ga?”
(Kebetulan Saffa ikut bangun juga saat kita sahur)
Eh, tiba-tiba Saffa dengan fasihnya bilang “ ba-pa’… ba-pa’…” dan itu berulangkali setiap bunda memanggil bapak kepada eyang. Selalu Saffa ikut-ikutan menyebut “ba-pa… ba-pa”.. he he pinternya anak mama.

Trus waktu aku panggil-panggil bunda.. dan saat Saffa ada disitu juga, Saffa yang seolah memberitahu kalau bundanya ada disini. Sambil nunjuk-nunjuk “tuh..tuh..”. Trus aku jawab, “ oh iya.. itu bunda… bun-daa” sambil aku ajari Saffa untuk bilang bunda. Dan sesaat kemudian Saffa teriak “dunn..daa”. O..o… aku benar-benar takjub dengan perkembangan Saffa.

Juga waktu aku tanya, “Saffa… Papa mana?” Aku jawab kembali, “Papa.. ker-ja”.
“Iya kan… Papa ker-ja”. Kemudian Saffa balas.. “Papah.. Papah, kul-ja… kul-ja”.
Sepintas Saffa fasih sekali bilang kata “ker-ja”, tapi setelah aku simak ternyata kata yang keluar dari mulut Saffa adalah “kul-ja”. Duhh… anak mama yang pinter nihh.
Biasanya bunda dan eyang yang menanyakan “mama mana” pada Saffa… makanya aku sempat kaget saat Saffa sudah bisa bilang kata “kerja” eh… “kulja”.


Ada lagi hal yang lucu dan sering membuat kami gemes sama Saffa, setiap kita lagi pukul nyamuk. Tiba-tiba Saffa juga ikut-ikutan mukul kakinya sendiri sambil bilang “uh..uh..” he he wajahnya itu lho yang polos tapi ceritanya marah juga sama nyamuk. Nyamuknya nakal ya, nak.. suka gigitin Saffa..?

Trus kalau Saffa lagi main dikasur sama mama, dan mama mau ambil sesuatu diluar kamar.
Mama selalu bilang ke Saffa, “Mama ambil mainan atau baju Saffa dulu ya..? Iya.. boleh kan Saffa tunggu sebentar ya…? Iya.. boleh ya?” Mama ulangi untuk memastikan Saffa tahu kalau mama mau keluar dulu dari kamar. Jawaban Saffa sih “hah.. hah… hah” (maksudnya mau bilang ya.. ya.. ya.., tapi yang keluar malah hah..hah.
Eh, ga lama kemudian Saffa sudah merengek dan ga mau ditinggal. “Lho.. tadi katanya iya.. koq sekarang nangis sih”.. he he.. ternyata Saffa hanya menirukan ya.. ya.. saja dan belum mengerti maksudnya.

Dan setiap ada makanan yang jatuh.. selalu Saffa bilang, “da-tohh”..
Trus setiap selesai suatu pekerjaan, atau sehabis mimi susu, Saffa selalu bilang, “dahh” (tandanya sudah), dan selalu aku jawab, “Alhamdulillah”.
Kalau mau mimi susu, aku selalu ajari “Saffa mau mimi susu? Iya.. mau susu?” Trus Saffa jawab, “tu-tu… tu-tu”.
Kalau lagi pegang hp mama, pasti deh yang keluar kata-katanya, “papah.. papah” sambil mulutnya didekatkan ke hpnya. (Mungkin sering lihat mama suka nelpon ke papa kali ya..)

Dan setiap kali mama atau papa pergi pasti deh.. Saffa selalu kiss bye. Tangannya memegang mulutnya.
Setiap ditanya, “Saffa rambutnya mana?” Otomatis Saffa jawab, “nihh..” sambil memegang rambutnya. Ditanya kaki.. Saffa akan angkat kakinya, ditanya gigi.. langsung dehh mengeluarkan gigi-giginya yang sudah empat buah dan kayaknya sudah mau tumbuh lagi nih.

Ahh Saffa.. anak mama yang pintar.


Ely K.
08 Oct '07

Saat Saffa Sakit

: Curhat untuk Saffa

Sudah lebih dari Sebulan ini aku sering dibuat panik jika menghadapi Saffa yang sedang sakit. Mulai dari awal Ramadhan kemarin Saffa pilek selama 2 hari, hidungnya berair terus. Dan aku tahu rasanya saat mulai mau flu atau pilek.. hidung berair terus alias meler, mata perih sedikit berair, tenggorokan kering dan haus terus, badan agak hangat dan sedikit lemas. Tapi anehnya aktifitas Saffa seperti biasanya.. masih lincah dan ceria. Kemudian mendadak pada hari ketiga, ‘pup’ Saffa ‘mencret’ dan hari itu berlangsung sampai 4 kali ‘pup’. Saffa terkena diare.
Hari keempat Saffa masih diare tapi pilek sudah mulai sembuh, hanya sesekali saja hidungnya berair. Hari kelima atau hari ketiga saat Saffa diare, kondisi Saffa mulai lemas. Aku masih terus pantau sambil terus diberikan cairan yang banyak, yaitu susu, air putih, dan pedialyte. Jangan sampai Saffa dehidrasi, karena Saffa juga tidak mau makan sama sekali. Beda kalo saat sehat, menyuapi Saffa adalah hal yang menyenangkan karena Saffa tidak pernah menolak makan, mudah sekali menyuapi Saffa.

Tapi aku tidak langsung membawa Saffa ke dokter, karena aku tahu tidak ada obat yang efektif untuk anak apalagi bayi. Terkadang memberikan obat pada anak secara berlebihan walaupun atas petunjuk dokter akan memberikan efek samping yang membahayakan. Dan penyakit Saffa adalah penyakit yang umum pada anak-anak. Itu yang menjadi peganganku saat ini… Tidak terpengaruh untuk memberikan obat yang belum tentu efektif untuk penyakitnya.

Berat badan Saffa saat ini drop, terlihat sekali lebih kurus dari biasanya, badannya juga lemas.

Duhh… ‘my sweety’ Saffa, kenapa kamu ‘nak?? Mama sedih kalau lihat Saffa jatuh sakit seperti ini, hilang semua keceriaan dan kelincahan Saffa. Cepat sembuh ya ‘nak.. Mama selalu berdoa agar Saffa sehat kembali seperti sedia kala. Jangan sakit lagi ya… Cinta.

Kalau sedang sakit begini biasanya Saffa jadi rewel, maunya di gendong terus. Dan kalau malam sering terbangun dan menangis kencang. Aku tahu pasti ada yang dirasa oleh Saffa. Tapi aku sadar ini bisa menjadi ujian kesabaran bagi aku. Melihat kondisi Saffa yang lemas begini, aku rela kurang tidur. Karena Saffa selalu minta digendong dan diayun-ayun. Tapi terkadang sebagai manusia biasa, aku juga sering khilaf dan tak sabaran dengan kebiasaan Saffa yang inginnya cepat digendong saat menangis.

Pernah suatu kali saat Saffa pilek dan hidungnya meler, tengah malam Saffa terbangun dan menangis kencang, aku pikir Saffa haus dan ingin menyusu. Sudah aku susuin masih nangis dan berontak-berontak, kemudian Papa buatkan susu formula, sudah diminum habis dan masih menangis juga, mungkin Saffa kepanasan sudah dipasang ac dan dikipasi masih juga berontak dan menangis kencang… Akhirnya aku gendong masih juga berontak, aku gemes sekali dan hilanglah kesabaranku saat itu. Tapi aku selalu menghindari mencubit atau memukul pada Saffa, sebagai gantinya aku malah menciuminya sambil gemes atau aku ayun-ayunkan. Setelah tangis Saffa mulai reda dan sudah tenang kembali baru aku ajak bicara supaya Saffa jangan nangis terus, aku juga selalu meminta maaf pada Saffa kalau aku terkadang bersikap berlebihan pada Saffa.

Bukan maksud mama menyakiti hati Saffa dan membuat Saffa tidak nyaman ya, ‘nak. Mama sungguh sayang sama Saffa, tapi mama tidak ingin tangisan Saffa menjadi ‘senjata’ untuk selalu digendong. Karena Saffa kan sudah semakin besar, kalau setiap nangis Saffa ingin digendong.. Mama juga tidak sanggup, apalagi dalam keadaan mengantuk.
Maafkan mama ya, sayang. Sikap dan sifat Saffa selalu membuat mama dan papa introspeksi diri, dan bukan tidak mungkin yang Saffa lakukan adalah cerminan atas sikap dan sifat mama dan papa juga. Terimakasih ya, Cinta… yang selalu mengajarkan mama dan papa bagaimana bersikap sabar dan bijaksana disaat kondisi apapun juga, yang mungkin masih jauh untuk bisa mama dan papa berikan untuk Saffa.


Ada yang terlupa untuk imunisasi Saffa. Pada usia 9 bulan, Saffa tidak sempat diimunisasi campak. Aku tidak tahu apa pengaruhnya nanti, mungkin Saffa tidak punya kekebalan untuk penyakit campak.
Tapi aku yakin, jika pola makan Saffa baik dan istirahat/ tidurnya cukup.. Insya Allah Saffa akan baik-baik saja.

Tetaplah menjadi Permata Hati mama yang baik dan menyenangkan, sayaang. Karena Saffa adalah anugerah terindah yang mama dan papa miliki. Semoga Saffa menjadi anak yang solehah, cerdas dan bertaqwa.
Cantik wajahmu begitu juga cantik hatimu. Mama bangga memiliki Saffa, anak mama yang pinter.
Semoga kelak Saffa bisa menjadi teladan dimanapun Saffa berada ya, ‘nak.
Cinta dan Sayang selalu tercurah untuk Saffa dari mama dan papa
.

Ely K.
04 Okt 2007