Love

Monday, May 19, 2008

Ketika waktu tak lagi menanti

Berita tentang meninggalnya actor senior Sopaan Sophian akibat kecelakaan motor pada hari Sabtu tanggal 17 May 2008 kemaren, sempat membuat hatiku gerimis.
Entah kenapa, setelah melihat profil beliau yang begitu idealis menentang korupsi para pejabat di Indonesia ini, yang dengan sikap tegasnya mundur dari anggota DPR dan dari partainya, sekaligus sebagai panutan atas kesetiaannya menjalani kehidupan rumah tangganya yang nyaris tanpa gossip dan tetap harmonis sampai akhirnya kematian yang memisahkan mereka.
Ditengah aksinya untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang ke 100, beliau yang memprakarsai acara touring motor gede ‘Harley Davidson’ sampai pada akhirnya ajal menjemput.

Miris memang… kita tidak pernah tau kapan ajal akan datang menjemput kita kemudian. Semuanya pasti telah Allah gariskan waktu hidup kita di dunia dan Insya Allah semua akan ada balasan atas apapun yang kita kerjakan di dunia.
Teruntuk alm. Sopaan Sophian, semoga Allah menerima semua amal ibadah yang telah dilakukan selama ini.
Tidak mudah memang menerima kenyataan bahwa orang yang kita cintai telah tiada bersama kita, apalagi di saat mengalami kematian yang begitu mendadak, karena sebelumnya masih segar bugar.

Tadi pagi setelah sholat subuh, tiba-tiba aku terbersit pikiran jika aku yang mengalaminya apa yang akan terjadi?

Sudah siapkah aku ditinggalkan orang-orang yang kucintai ataupun aku yang meninggalkan mereka?
Selama ini aku masih sangat-sangat bergantung kepada bunda, dalam hal masak-memasak, dalam hal mengurus dan menjaga Saffa, maupun dalam hal-hal yang kecil sekalipun.
Akupun masih bergantung pada ayahku, jika aku sedang siap-siap untuk berangkat kerja, ayahkulah yang dengan senang hati menemani dan menunggu Saffa yang masih tidur lelap.
Duh, aku belum sanggup jika harus kehilangan mereka, Ya Allah..

Memang harus kuakui, selama ini aku masih bergantung sekali kepada mereka, aku belum sanggup hidup jauh dari mereka. Bahkan saat aku sudah berkeluarga dan mempunyai anakpun, aku masih harus mengandalkan mereka. Bukan saja karena mereka yang memang tidak ingin aku keluar dan pisah rumah setelah aku menikah, tetapi memang pada dasarnya akupun belum siap untuk itu.

Tetapi mau tidak mau, suka atau tidak suka.. sudah saatnya aku harus mandiri, bukan berarti aku harus pisah rumah dari kedua orang tuaku.
Tapi lebih kepada kemandirianku yang selama ini belum ada.
Ya.. Allah, bimbing kami agar senantiasa dapat menjalani kehidupan ini, Ya Allah.
Sebab aku tidak akan selamanya bergantung pada kedua orang tuaku, aku harus mandiri !!


Ketika waktu tak lagi menanti…
Sudah siapkah aku dengan segala keterbatasanku??
Sudah sempurnakah aku meniti hidup dijalanMu??
Sampai hari ini, detik ini.. aku harus yakin pada diri
Bahwa tak selamanya hidup itu selalu datar, masih ada jalan berbukit yang harus kudaki..

Terimakasih ayah, bunda… karena kau begitu berjasa dalam hidupku
Terimakasih suamiku… karena kau adalah ‘mutiaraku yang hilang’
Terimakasih anandaku tercinta, Saffa Indah Ramadhani… karena kau adalah permata hatiku
Terimakasih cinta… karena kaulah hidupku lebih berarti..
Alhamdulillah Ya Allah… karena anugrahMu lah aku masih dapat meniti waktu…







Ely
19 May ‘08

2 comments:

Fatih Najwa said...

jauh dari orang tua dan saudara benar2 membuat mandiri, el. sesuatu yang gak pernah dibayangkan bahwa aku bisa melalui semua ini. dirumah dulu banyak tangan yang membantu. masih ada ibu, kakak2 yang jumlahnya 7 orang :).

disini semuanya dikerjakan sendiri. tapi Alhamdulillah...semua kejadian memang ada hikmahnya. semua ini mendidik aku jadi lebih kuat dan tabah..cieehhh...

salam untuk saffa ya..imut deh..

ellyka_08 said...

Iya Nen.. aku salut banget lho sama orang2 perantauan, yang baru berkeluarga harus jauh dari saudara n ortu.
Tapi jadi banyak hikmahnya ya, bisa mandiri dan kuat.

Caayoo buat Neni n Indah.. Suka ketemuan ga di Malaysia?? :-)